"Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau..."(Yesaya 43:4a)
Suatu hari seorang pemuda petualang berkelana mendaki gunung yang tinggi, sesampainya dipuncak gunung tersebut ia lalu menemukan sarang burung rajawali dan beberapa butir telurnya yang tertutup ranting-ranting pohon. Setelah menghabiskan beberapa waktu lamanya di puncak gunung tersebut, ia lalu mengambil sebutir telur rajawali yang ia temui untuk dibawanya pulang.
Dalam perjalanan pulangnya untuk melepas lelah iapun beristirahat sejenak dibawah sebatang pohon besar. Namun tanpa disadarinya sebutir telur rajawali yang diambilnya tersebut tertinggal dibawah sebatang pohon tempatnya beristirahat ketika ia beranjak pergi. Selang beberapa saat setelah ia pergi, seekor induk ayam hutan yang sedang mencari-cari tempat untuk bertelur lalu menggantikan tempat pemuda itu, tepat dimana telur rajawali itu tertinggal. Singkat cerita, sampailah waktunya induk ayam itu untuk mengeram dan ikutlah telur rajawali tersebut didalam eraman si induk ayam. Haripun berganti dan menetaslah seluruh telur-telur ayam hutan itu bersama sebutir telur rajawali yang tertinggal tadi.
Waktu demi waktu berlalu, sang rajawalipun bertumbuh. Namun ia bertumbuh tetap dengan perilaku seperti seekor ayam, karena dia mengira bahwa dirinya adalah seekor ayam. Ia mengais-ngais tanah, memakan cacing, naik turun diatas pohon, dan melakukan segala perilaku layaknya seekor ayam.
Suatu saat, rajawali dan anak-anak ayam itu dikejar-kejar musang, mereka lalu lari terbirit-birit, dan bersembunyi. Di tengah-tengah kepanikan dan ketakutan luar biasa itu, sang anak rajawali menengadah ke langit, dan terlihatlah olehnya seekor burung rajawali dewasa terbang gagah melintas dilangit yang biru. Sempat terbersit dalam benaknya, ia ingin terbang seperti rajawali itu yang tampaknya begitu gagah dan perkasa. Ia lalu mulai mencoba mengepak-ngepakkan sayapnya seperti rajawali, tetapi tiba-tiba anak-anak ayam lainnya berceloteh:
“Hey, sedang apa kau...?? jangan bermimpi. Kita ini ayam, bukan rajawali yang terbang gagah di atas awan itu, ayam itu tidak bisa terbang, percuma saja kau mengepakkan sayapmu seperti itu, sebab selamanya ayam tidak akan pernah bisa terbang."
Mendengar penjelasan saudaranya sesama ayam yang lain maka patahlah semangat sang rajawali tersebut, dan iapun kembali bermain di dalam hutan, diatas pohon-pohon yang rendah dan memakan cacing tanah bersama anak-anak ayam lainnya sampai akhir hidupnya.
Ketika kita dilahirkan, Tuhan telah merancang dan mengaruniakan kemampuan serta bakat didalam diri kita secara pribadi untuk kita miliki dan kita pergunakan sepenuhnya untuk berkarya dan mencapai yang terbaik.
Banyak orang akhirnya gagal mencapai potensi terbaik dalam dirinya bukan karena ia tidak memilikinya, namun karena tidak menyadari betapa besar sesungguhnya kemampuan serta potensi yang ia miliki.
Persoalannya hanya kembali pada diri kita. Menyadari diri layaknya seekor 'Rajawali' yang dapat terbang tinggi di langit yang biru, atau membatasi diri hanya sebagai seekor 'Anak ayam' yang tidak berdaya.
Mata Air Yang Segar
Suatu hari seorang pemuda petualang berkelana mendaki gunung yang tinggi, sesampainya dipuncak gunung tersebut ia lalu menemukan sarang burung rajawali dan beberapa butir telurnya yang tertutup ranting-ranting pohon. Setelah menghabiskan beberapa waktu lamanya di puncak gunung tersebut, ia lalu mengambil sebutir telur rajawali yang ia temui untuk dibawanya pulang.
Dalam perjalanan pulangnya untuk melepas lelah iapun beristirahat sejenak dibawah sebatang pohon besar. Namun tanpa disadarinya sebutir telur rajawali yang diambilnya tersebut tertinggal dibawah sebatang pohon tempatnya beristirahat ketika ia beranjak pergi. Selang beberapa saat setelah ia pergi, seekor induk ayam hutan yang sedang mencari-cari tempat untuk bertelur lalu menggantikan tempat pemuda itu, tepat dimana telur rajawali itu tertinggal. Singkat cerita, sampailah waktunya induk ayam itu untuk mengeram dan ikutlah telur rajawali tersebut didalam eraman si induk ayam. Haripun berganti dan menetaslah seluruh telur-telur ayam hutan itu bersama sebutir telur rajawali yang tertinggal tadi.
Waktu demi waktu berlalu, sang rajawalipun bertumbuh. Namun ia bertumbuh tetap dengan perilaku seperti seekor ayam, karena dia mengira bahwa dirinya adalah seekor ayam. Ia mengais-ngais tanah, memakan cacing, naik turun diatas pohon, dan melakukan segala perilaku layaknya seekor ayam.
Suatu saat, rajawali dan anak-anak ayam itu dikejar-kejar musang, mereka lalu lari terbirit-birit, dan bersembunyi. Di tengah-tengah kepanikan dan ketakutan luar biasa itu, sang anak rajawali menengadah ke langit, dan terlihatlah olehnya seekor burung rajawali dewasa terbang gagah melintas dilangit yang biru. Sempat terbersit dalam benaknya, ia ingin terbang seperti rajawali itu yang tampaknya begitu gagah dan perkasa. Ia lalu mulai mencoba mengepak-ngepakkan sayapnya seperti rajawali, tetapi tiba-tiba anak-anak ayam lainnya berceloteh:
“Hey, sedang apa kau...?? jangan bermimpi. Kita ini ayam, bukan rajawali yang terbang gagah di atas awan itu, ayam itu tidak bisa terbang, percuma saja kau mengepakkan sayapmu seperti itu, sebab selamanya ayam tidak akan pernah bisa terbang."
Mendengar penjelasan saudaranya sesama ayam yang lain maka patahlah semangat sang rajawali tersebut, dan iapun kembali bermain di dalam hutan, diatas pohon-pohon yang rendah dan memakan cacing tanah bersama anak-anak ayam lainnya sampai akhir hidupnya.
Ketika kita dilahirkan, Tuhan telah merancang dan mengaruniakan kemampuan serta bakat didalam diri kita secara pribadi untuk kita miliki dan kita pergunakan sepenuhnya untuk berkarya dan mencapai yang terbaik.
Banyak orang akhirnya gagal mencapai potensi terbaik dalam dirinya bukan karena ia tidak memilikinya, namun karena tidak menyadari betapa besar sesungguhnya kemampuan serta potensi yang ia miliki.
Persoalannya hanya kembali pada diri kita. Menyadari diri layaknya seekor 'Rajawali' yang dapat terbang tinggi di langit yang biru, atau membatasi diri hanya sebagai seekor 'Anak ayam' yang tidak berdaya.
Mata Air Yang Segar