"Sifat yang diinginkan pada seseorang ialah kesetiaannya." (Amsal 19 : 22a)
Hachiko sebenarnya adalah nama seekor anjing, ia memiliki bulu putih kecoklatan dan lahir pada 10 November 1923 di Odate, Jepang. Nama Hachiko sudah dikenal luas di Jepang sebagai anjing paling setia di dunia, hingga masyarakat Jepang membangun sebuah monumen berupa patung perunggu Hachiko di stasiun kereta api di kota Shibuya sebagai wujud penghargaan atas kesetiaan Hachiko pada tuannya Profesor Hidesamuro Ueno. Patung anjing Hachiko tersebut juga dibuat sebagai lambang kesetiaan tulus yang dibawa sampai mati.
Profesor Ueno majikan Hachiko berprofesi sebagai seorang dosen berusia 53 tahun dan tinggal di kota Shibuya. Ia dikenal sangat dekat dengan anjing kesayangannya Hachiko. Kekraban Profesor Ueno dan Hachiko terlihat jelas setiap kali ketika mereka datang dan pergi di stasiun kereta api kota Shibuya, kota dimana mereka berdua tinggal.
Aktivitas Profesor Ueno setiap harinya dimulai bersama Hachiko, anjing kesayangannya itu selalu setia menemaninya setiap hari dengan berjalan kaki dari rumah mereka menuju stasiun kereta Shibuya, dan di stasiun kereta itu pula Hachiko dengan setia menunggu kedatangan Profesor Ueno tiba dari kereta setelah melanjutkan perjalanan dari kampus tempatnya mengajar.
Suatu saat keadaan cuaca di kota Shibuya sangat buruk, musim dingin yang hebat disertai salju yang tebal memenuhi jalan-jalan, pepohonan dan rumah-rumah warga tertutup oleh salju, cuaca terasa begitu dingin hingga menusuk ke tulang. Namun keadaan itu tak menyurutkan kesetiaan Hachiko berjalan menemani majikannya menuju stasiun kereta Shibuya untuk bekerja seperti biasa. Bunyi terompet panjang tanda kereta akan berangkat menggelegar di stasiun kereta Shibuya, semua orang yang akan bepergian sibuk mempersiapkan diri dan barang-barang bawaan mereka memasuki gerbong-gerbong kereta, sementara Profesor Ueno masih menikmati kebersamaannya bersama anjing kesayangan dan juga sahabat setianya. Sebelum meneruskan perjalanannya ke tempat ia bertugas, Profesor Ueno mengelus-elus Hachiko, memeluknya dan berbicara dengannya, Hachiko membalas dengan menggongong ringan seakan berkata ia akan menunggu majikannya itu kembali. Profesor Ueno beranjak pergi, melambaikan tangannya pada Hachiko dan menghilang dalam gerbong kereta.
Sayangnya perpisahan itu adalah perpisahan terakhir mereka. Profesor Ueno tak kunjung kembali ke stasiun kereta Shibuya menjumpai Hachiko lagi. Ia mengalami serangan jantung secara tiba-tiba di kampus tempat ia mengajar, dan seketika itu juga nyawanya tak terselamatkan. Jenasah Profesor Ueno kemudian langsung dibawa oleh para kerabat ke kampung halaman mereka.
Sementara itu di stasiun kereta Shibuya Hachiko masih terus menunggu majikannya dengan gelisah. Sore hari tiba hingga menjelang malam Hachiko tak juga melihat kedatangan Profesor Ueno, satu demi satu kereta yang lewat dihampirinya untuk memastikan kedatangan majikannya tersebut. Malam semakin larut, tetapi harapan Hachiko untuk menemui Profesor Ueno tak juga terpenuhi.
Waktu demi waktu berlalu, Hachiko selalu datang dan pergi ke stasiun kereta Shibuya pada sore hari pukul 3 untuk menantikan kedatangan Profesor Ueno, hal itu kemudian mengundang banyak orang merasa sangat terharu melihat kesetiaan Hachiko pada majikannya, hingga Hachiko segera menjadi bahan pembicaraan orang banyak di daerah itu. Kabarnya ada seekor anjing dengan setia menunggu kedatangan majikannya yang ternyata sudah meninggal dunia di sebuah stasiun kereta. Orang-orang yang merasa iba pada Hachiko berdatangan untuk membujukknya atau sekedar melihatnya.
Dan tibalah pada suatu saat yang mengharukan ; seorang petugas di stasiun kereta Shibuya datang dengan kabar telah ditemukannya seekor anjing tewas dalam keadaan meringkuk kaku pada sebuah ruang tunggu stasiun kereta itu, dan anjing itu adalah Hachiko.
Ia mati dalam kesetiaannya menantikan kedatangan majikkannya selama bertahun-tahun di stasiun kereta Shibuya. Oleh sebab itu sampai sekarang di depan stasiun kereta Shibuya tetap berdiri sebuah patung seekor anjing bernama Hachiko, sebuah patung lambang kesetiaan tulus yang dibawa sampai mati, sebuah penghargaan yang setimpal dengan kesetiaannya menantikan kedatangan sang majikan sampai akhir hayatnya.
Sebuah kesetiaan dapat mengukur dalamnya cinta seseorang. Cinta sejati dapat terlihat dari kesetiaan yang diberikan. Jika saat ini Anda sedang membangun sebuah hubungan dengan sesama dan Tuhan, berikanlah kesetiaan Anda.
Kesetiaan adalah penghargaan tertinggi yang dapat diberikan oleh seseorang dalam suatu hubungan.
Kesetiaan adalah penghargaan tertinggi yang dapat diberikan oleh seseorang dalam suatu hubungan.
By : Mata Air Yang Segar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar